Bedanya Ramadhan di Semarang Tahun Ini
Bedanya Ramadhan di Semarang pada tahun ini membuat sebagian kalangan masyarakat Kota Semarang pasrah. Pasalnya, pada tahun kembar ini sedang terjadi wabah Corona secara global. Wabah Corona membuat warga Kota Semarang merasakan jauh dari keramaian. Penyebabnya adalah pandemi Corona yang membuat Ramadhan di Semarang tahun ini terasa bedanya.
Banyaknya kasus COVID-19 di kota besar seperti Kota Semarang mengharuskan Pemerintah Kota ambil sikap tegas. Bapak Gubernur Jawa Tengah dan Bapak Wali Kota Semarang segera mengambil kebijakan untuk membatasi aktivitas warganya demi mencegah penyebaran COVID-19. Bapak Ganjar menghimbau semua masyarakat Jawa Tengah untuk bersiap diri dan turut serta dalam pencegahan wabah Corona. Selain itu, Bapak Hendrar Prihadi pun turut mendukung kebijakan Pemerintah Pusat dan Provinsi agar masyarakat aman dari penyakit COVID-19.
Berdasarkan data di lapangan, para dokter dan tenaga medis di Rumah Sakit Kariadi kewalahan menghadapi banyaknya pasien. Keadaan ini diperparah dengan adanya kasus dokter dan tenaga medis yang meninggal akibat terpapar virus Corona dari pasien. Selain itu, per tanggal 14 April 2017 terdapat 57 orang positif Corona yang diantaranya adalah dokter dan tenaga medis di RSUP Kariadi. Akibatnya, mereka harus menjalani isolasi mandiri di Hotel Kesambi Hijau dan diawasi oleh tim penanganan COVID-19.
Tradisi Dugderan dan Kebijakan PKM
Selain itu, pandemi Corona juga mengakibatkan Dugderan di Semarang diselenggarakan secara sederhana. Tradisi tersebut diganti dengan acara penyambutan awal Ramadhan dengan selamatan yang dihadiri oleh aparat pemerintah. Kemeriahan tradisi Dugderan terpaksa ditunda untuk menghindari keramaian dan kerumunan masyarakat. Aktivitas pasar malam, festival kesenian tradisional, karnaval Warak Ngendog yang selalu diarak dari Balai Kota Semarang hingga Masjid Kauman Semarang ditiadakan.
Biasanya sore hari adalah waktu terbaik bagi penjual takjil dan pemburu takjil bercengkerama. Namun, sekarang Pemerintah Kota Semarang tengah memberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) di jalan yang rawan keramaian. Aktivitas rutin seperti kajian islami dan mengaji Al-Qur’an pun kini ditiadakan di Masjid Kauman. Hiruk-pikuk warga Semarang kini kian menyepi. Alasannya sudah jelas bahwa Pemerintah Kota Semarang meniadakan Pasar Takjil dan serangkaian acara yang mengundang perkumpulan. Ramadhan di tahun kembar memang terasa hambar.
Banyak sektor yang harus dikorbankan saat pandemi Corona ini berkeliaran. Banyak pengais rejeki dari kalangan bawah yang terpaksa berpuasa pantang putus asa. Mereka bingung mencari penghasilan dari mana demi mencukupi kebutuhan yang tak didukung dana. Di sepanjang jalanan kota, mereka hanya meratapi kekosongan materi duniawi. Sudah selayaknya pemerintah mulai membuka hati nurani terkait kebijakan ini. Semoga Tuhan segera menyelesaikan pandemi Corona di tahun ini.